Kediri, Jawa Timur – Kota Kediri kembali menarik perhatian dunia dengan koleksi 21 layangan kuno yang kini tersimpan di salah satu museum di Belanda. Koleksi ini bukan sekadar benda antik, tetapi mewakili warisan budaya dan legenda masyarakat Kediri yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Asal-usul Koleksi Layangan Kuno
Layangan di Kediri memiliki sejarah panjang, terkait dengan tradisi dan upacara adat masyarakat lokal. Beberapa layangan dibuat sebagai simbol perlindungan, doa keselamatan, dan penghormatan kepada leluhur.
Koleksi yang kini berada di Belanda diperoleh pada masa kolonial, ketika beberapa benda budaya dibawa ke Eropa untuk dijadikan koleksi etnografi dan penelitian sejarah. Layangan-layangan ini memiliki ukuran, bentuk, dan motif yang berbeda-beda, mulai dari layangan sederhana hingga layangan dengan bentuk hewan atau tokoh legenda.
Keunikan dan Motif Layangan
Setiap layangan memiliki motif khas Kediri, yang melambangkan cerita rakyat, mitos, dan legenda lokal. Contohnya:
- Layangan Barong – Melambangkan keberanian dan perlindungan dari roh jahat.
- Layangan Garuda – Menggambarkan simbol kebesaran dan kekuatan kerajaan Kediri.
- Layangan Hanoman – Mengisahkan kepahlawanan dan kesetiaan tokoh pewayangan.
Selain motif, bahan dan teknik pembuatan layangan kuno juga unik. Banyak layangan menggunakan bambu pilihan, kertas tradisional, dan cat alami, sehingga memiliki nilai seni tinggi dan daya tahan lama.
Legenda di Balik Layangan
Setiap layangan kuno Kediri membawa cerita tersendiri, diwariskan secara turun-temurun. Misalnya, layangan Barong dikaitkan dengan ritual pelindung desa dari bencana alam, sedangkan layangan Garuda terkait kisah kepahlawanan raja Kediri melawan penjajah.
Legenda-legenda ini menjadi bagian penting dari identitas budaya Kediri, sekaligus menarik minat para peneliti dan kolektor luar negeri. Keberadaan layangan di Belanda menjadi jembatan budaya, mengenalkan dunia pada kekayaan tradisi Indonesia.
Peran Museum Belanda
Museum di Belanda yang menyimpan koleksi ini memiliki peran penting dalam melestarikan benda budaya dunia, termasuk dari Indonesia. Selain dipajang sebagai objek sejarah, layangan-layangan ini juga menjadi materi edukasi bagi pengunjung, mengenalkan sejarah dan mitos masyarakat Kediri.
Para kurator museum bekerja sama dengan ahli budaya untuk meneliti motif, teknik pembuatan, dan filosofi di balik setiap layangan. Hasil penelitian ini kemudian dipublikasikan dalam bentuk buku, pameran, dan media edukasi.
Kepentingan Pelestarian Budaya
Koleksi layangan kuno Kediri yang berada di Belanda menjadi pengingat pentingnya pelestarian budaya lokal. Pemerintah dan masyarakat di Kediri kini semakin gencar mempromosikan festival layangan dan pelatihan pembuatan layangan tradisional, agar generasi muda tetap mengenal warisan leluhur mereka.
Kegiatan ini juga membuka peluang pariwisata budaya, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk belajar dan berpartisipasi dalam budaya lokal, info lebih lanjut bisa Anda kunjungi di sini:
● https://gribjayakediri.org/wisata/koleksi-21-layangan-kuno-kediri-di-museum-belanda-dan-legenda-di-baliknya/
● https://gribjayasemarang.org/hukum/laka-truk-trailer-vs-truk-gandeng-di-jalur-semarang-kendal-lalu-lintas-macet/
● https://gribjayasurakarta.org/pendidikan/kalender-jawa-sabtu-kliwon-20-september-2025-rezeki-selalu-lumintu/
● https://gribjayategal.org/hukum/jembatan-kalierang-tegal-ambruk-saat-direnovasi-5-pekerja-terjatuh/
● https://gribjayablitar.org/ekonomi/kisah-asbani-di-blitar-ubah-limah-kayu-jadi-payung-kertas/